Rabu, 17 Desember 2008

BEBERAPA MASALAH ETIKA DALAM PERJANJIAN LAMA

Allah sendiri “menyesatkan” Ahab (1 Raj. 22:19-23)
Dalam bagian firman Tuhan ini seolah-olah Ahab ditipu Allah melalui roh-roh jahat. Yang sangat membingungkan ialah bahwa Allah sendiri rupanya telah Mengambil inisiatif untuk menyesatkan Ahab.
- Tuhan sendiri berfirman: “siapa akan membujuk? (ay. 20)”
- Tuhan sendiri bertanya: “dengan cara bagaimana?(ay.21)”
- Tuhan sendiri mengutus: “biarlah engkau membujuknya…keluarlah dan perbuatlah demikian!”

Observasi berikut ini sangat penting;
a. Roh jahat itu memang sifatnya jahat dan selalu akan mengerjakan kejahatan sesuai dengan hakikatnya, dia dipakai Allah atau tidak? Allah dapat saja memakainya.
b. Perintah Tuhan kepada roh jahat: “keluarlah dan perbuatlah demikian!” Harus dimengerti dalam arti bahwa Tuhan mengizinkan dan tidak akan menghalangi lagi terjadinya pencobaan ini atas Ahab. Dengan kata lain, Tuhan tidak lagi memberikan anugerah khusus kepada Ahab untuk dapat bertahan dalam pencobaan.
c. Allah tidak menyuruh langsung roh jahat itu untuk merasuk Ahab, melainkan caranya ialah untuk membujuknya melalui ucapan para nabi palsu (ay. 20, 21, 22). Hal ini berarti bahwa Ahab tidak menjadi boneka yang digerak-gerakkan, melainkan harus menilai ucapan nabi itu. Sebenarnya Ahab harus dapat menyadari dan menolak para nabi palsu itu. Tetapi ia tidak melakukan hal itu.
d. Disamping itu TUHAN menyuruh Mikha bin Yimla, seorang nabi TUHAN yang setia, untuk mengungkapkan rahasia nabi palsu itu kepada Ahab serta memberitahukan malapetaka yang akan datang kepadanya. Dengan demikian Ahab diberikan banyak kesempatan untuk bertobat, tetapi ternyata Ahab tidak mau bertobat. Peristiwa ini sebenarnya merupakan ujian atas dalamnya pertobatan Ahab yang diberitakan dalam 1 Raja 21:27-29. Melalui peristiwa ini ternyata bahwa pertobatan Ahab tidak tahan lama, karena tidak dalam. Demikianlah dapat dkatakan bahwa Allah menyerahkan Ahab kedalam kebodohannya dan kejahatannya sendiri, yang akhirnya membawa akibat fatal.

Nabi Elisa mengutuk anak-anak yang mengejek dia (2 raj.2:23-25)
Ada beberapa observasi eksegetis yang sangat penting untuk mendudukkan reaksi Nabi Elisa pada tempatnya.

“Anak-anak kecil (ay.23, 24)”
Istilah anak-anak kecil dalam ayat 23 perlu dipahami secara tepat. Bentuk tunggal “anak” dapat berarti laki-laki yang berusia muda mulai dari bayi (Kel. 2: 6; 2 Sam. 12:16) sampai dengan pemuda seperti Absalom yang memberontak terhadap kerajaan ayahnya (2 Sam 14:21; 18:5). Disamping itu kata ini juga dipakai untuk hamba, pejabat atau tentara.
Pemakaian kata sifat “kecil” bersama anak disini tidak harus berarti bahwa mereka memang anak kecil sebab istilah yang sama dikenakan kepada Salomo setelah dia mulai memerintah pada waktu dia berusia kurang lebih dua puluh tahun (1 Raj. 3:7). Istilah yang persis sama dipakai untuk Hadad (1 Raj.11:17) waktu dia melarikan diri dari Israel dan menikahi putri Firaun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud anak-anak kecil ialah anak laki-laki yang relatif muda tetapi mereka bukanlah anak-anak kecil yang belum tahu apa yang mereka ucapkan.
“Botak…botak (ay.23)”
Rambut yang bertumbuh dengan kuat dikagumi pada masa Perjanjian Lama (2 Sam 14:26), dan menurut pandangan Yahudi, rambut yang kuat adalah symbol kuasa dan wibawa bahkan wibawa ilahi. Sebaliknya kebotakan tidak disenangi antara lain karena barangkali sering dikaitkan dengan penyakit kusta (Im. 13:40-44) dan pada waktu itu orang sakit kusta harus diasingkan dari masyarakat, karena bahaya penularan penyakit tersebut. Tentu Elisa tidak sakit kusta, tetapi bisa jadi ada pemikiran seperti ini di balik cemoohan anak-anak muda itu. Kebotakan Elisa rupanya bukan karena sudah tua, sebab sebelum peristiwa itu ia baru saja diangkat sebagai pengganti Elia (2 Raj. 2:9-) dan sesudah itu Elisa masih melayani selama kurang lebih 60 tahun (2 Raj. 13:14). Dengan kata lain ia bukan orang tua yang karena lanjut usianya sudah tidak bias lagi sabar dengan anak-anak kecil. Elisa masih cukup muda, ada yang memperkirakan umurnya pada waktu peristiwa di Betel sekitar 25 tahun.

“Dikutuknya mereka dalam nama Tuhan (ay. 24)”
Perhatikan bahwa Elisa sendiri tidak menyebutkan apa-apa tentang beruang-berakibat ada dua ekor beruang yang datang menyerang remaja-remaja ini, itu berarti bahwa Allah sendiri yang bertindak untuk menghukum mereka. Kedatangan kedua ekor beruang merupakan pelaksanaan hukuman peringatan tahap ketiga yang telah dinubuatkan akan terjadi kalau umat Israel tetap melawan TUHAN (Im. 26:21-22).
Akhirnya dalam perikof ini kita tidak berhadapan dengan seorang hamba Tuhan yang tersinggung karena merasa kurang dihormati oleh anak-anak yang nakal, sehingga dia langsung meminta hukuman Allah menimpa mereka. Akan tetapi dalam ayat-ayat ini kita bertemu dengan tindakan Allah yang kudus yang tidak membiarkan diri-Nya dan firman-Nya dipermainkan oleh manusia yang merasa dapat terus melawan dia tanpa ada akibat apa-apa.


Permohonan pembalasan dalam kitab Mazmur
Khususnya dalam kitab Mazmur terdapat beberapa bagian di mana pemazmur seolah-olah melampiaskan rasa bencinya terhadap musuh-musuhnya. Apakah sikap seperti ini dibenarkan Allah dan mengapa diberi tempat di Alkitab?
a. Beberapa contoh permohonan pembalasan dalam kitab Mazmur
Mazmur 5:11; 10:15; 58:7-9; 69:23-26, 28-29; 137:8-9; 137:8-9
b. Pendekatan yang tidak memadai
1. Daud mempunyai emosi seperti manusia biasa
2. Menurut ukuran Perjanjian Baru Daud memang berdosa, tetapi pada masa perjanjian Lama hal itu dapat dimengerti. Perjanjian Lama melarang untuk membalas dendam sebab pembalasan dendam harus diserahkan kepada TUHAN (Im. 19:18; Kel. 23:4-5).
c. Pemecahan secara Alkitab
1. Daud tidak berbicara sebagai pribadi melainkan sebagai raja
sebagai pribadi Daud dapat mengampuni dan ia sudah membuktikan hal itu terhadap Saul. Tetapi sebagai raja dan hakim ia harus mempunyai sikap yang tegas terhadap orang yang meronggrong kewibawaan hukum (Ams. 25:5; Maz. 35:12-14).
2. Permohonan pembalasan ini merupakan ungkapan kerinduan orang kudus agar keadilan Allah ditegakkkan. Pada masa perjanjian Lama penyataan tentang tahta pengadilan Allah yang akan menegakkan keadilan secara sempurna untuk semua orang belum begitu jelas.
3. Daud berbicara atas nama Allah sendiri
Karena Daud sendiri pejabat yang diurapi Allah maka barangsiapa yang melawan Daud, melawan TUHAN yang telah menetapkannya.
4. Permohonan pembalasan merupakan ekspresi rasa benci akan dosa.
Musuh-musuh yang dicela dalam Mazmur tidak hanya melawan Daud dan Allah melainkan mereka adalah personifikasi kejahatan (Maz. 101:5, 7-8; 139:21, 22, 23, 24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar