Minggu, 21 Desember 2008

DAN, TUHANPUN TIDAK SALAH MENGHITUNG

Ketika membaca sejarah kehidupan orang-orang besar, saya menemukan bahwa peperangan pertama yang mereka menangkan adalah perang terhadap diri mereka sendiri... bagi semua orang-orang besar itu, disiplin diri merupakan hal yang pertama. Harry S. Truman

Disiplin diri merupakan pemisah diri yang sesungguhnya. Di dalamnya, manusia berusaha berpasrah diri kepada Pencipta dengan ketundukan untuk menjalani kehendak-Nya. Lebih mengedepankan kemauan Tuhan dari pada kenyamanan pribadi yang biasa, tanpa bisa terganti oleh apapun. Namun, dengan disiplin diri, berarti yang biasa tidak terganti, menjadi terganti bahkan terubahkan – karena pengejarannya adalah ”pembentukan menjadi.”
Ayub adalah pribadi yang menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya. Ketika ujian iman datang - keluarga, harta kekayaan menjadi taruhan, Ayub terbukti menang dalam kesemuanya. Ketidaktahuan Iblis terhadap integritas Ayub terbukti, dan Allah Sang Mahatahu membuktikan kepada Ayub bahwa Iblis tidak memiliki pengertian terdalam dan jauh seperti diri-Nya. Apa yang Allah lihat dari Ayub tentang karakter dan kesalehannya adalah kebenaran tetapi bagi Iblis yang tidak mahatahu jelas ia membutuhkan bukti atas apa yang Allah nyatakan tenatang Ayub.
Dari kisah Ayub yang adalah seorang yang takut Tuhan dan hidup berdisiplin namun mengalami masa-masa sulit dan hal itu banyak menjadi kebingungan bagi banyak orang, sesungguhnya kita diperhadapkan pada kenyataan bahwa takut Tuhan tidak pernah menyusahkan. Diakhir kisah Ayub, Allah memberkati Ayub dengan berlipat ganda berkat. Allah tidak pernah salah menghitung apa yang terbaik untuk dibagikan bagi anak-anak-Nya. Kalaupun harus dilipatgandakan berarti Allah percaya Ayub berhak menerimanya.
Maka dari itu, belajarlah menjadi pribadi yang pantas untuk diberi berlipatganda oleh Tuhan. Pantas diberikan tanggung jawab untuk menghadirkan perubahan. PANTAS DIPERCAYAKAN DOMBA-DOMBA-NYA KARENA ANDA PUN MEMPERPANTAS DIRI DALAM MELAYANI DOMBA-DOMBANYA. Dalam hal ini, diperlukan kesetiaan teruji untuk menghadapi masalah. Masalah datang Alahlah jalan keluar. Ia tepat menghitung kekuatan dan kelemahan kita. Dan berkat apa yang pantas diberikan untuk kita saat masalah datang.


PERJALANAN YANG MENYENANGKAN
Perjalanan hidup memang tidak selalu indah. Terkadang kesukaran, kegagalan, kepahitan, kehancuran, kehilangan bahkan kematian datang tak terduga, melepaskan semua harapan atas apa yang direncanakan. Akibatnya, kekecewaan terhadap hidup serta penyempitan makna bahwa sesungguhnya hidup adalah sebuah ”proses” menjadi tidak menarik, omong kosong bahkan mati.
Parahnya lagi, jika hal ini berdampak pada penilaian serta pemahaman bahwa Sang Pemberi hidup juga tidak jauh berbeda dengan apa yang sedang dialami. Ia ada (teisme) sebagai Pencipta segala-galanya, tetapi kehadiran-Nya jauh meninggalkan ciptaan-Nya (deisme). Bahkan banyak orang mulai diselimuti tebalnya keraguan, dalamnya kubangan kekecewaan terhadap kepercayaan bahkan sempitnya pemahaman bahwa Allah hadir tetapi intervensi-Nya ternoda.
Bahkan yang menambah sulit persoalan adalah apabila kehidupan berjalan terbalik dari yang kita kehendaki. Saat jalan keluar terhadap masalah tak didapati dan seolah semua menjadi irama perjalanan hidup yang penuh kegagalan. Namun sesungguhnya tidak demikian kita harus memahami hidup dan persoalannya. Penilaian kritis kita terhadap hidup tidak menjamin keperbaikan hidup yang kita jalani, apalagi harus putus asa dengan hidup. Tetapi jauh lebih indah adalah bersama dengan siapa anda menilai hidup (Yesus) pasti membawa keterjaminan hidup Anda. Belajarlah menilai hidup bukan sebatas hari ini, tetapi lihatlah pada perjalanan menuju masa depan. Dan, pastikan perjalanan anda menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar