Rabu, 17 Desember 2008

”MENGUKIR SEJARAH DARI SETIAP MASALAH” (Yoh. 2:1-11)

Pendahuluan
Perjalanan hidup memang tidak selalu indah. Terkadang kesukaran, kegagalan, kepahitan, kehancuran, kehilangan bahkan kematian datang tak terduga, melepaskan semua harapan atas apa yang direncanakan. Akibatnya, kekecewaan terhadap hidup serta penyempitan makna bahwa sesungguhnya hidup adalah sebuah ”proses” menjadi tidak menarik, omong kosong bahkan mati.
Parahnya lagi, jika hal ini berdampak pada penilaian serta pemahaman bahwa Sang Pemberi hidup juga tidak jauh berbeda dengan apa yang sedang dialami. Ia ada (teisme) sebagai Pencipta segala-galanya, tetapi kehadiran-Nya jauh meninggalkan ciptaan-Nya (deisme). Mereka mulai diselimuti tebalnya keraguan, dalamnya kubangan kekecewaan terhadap kepercayaan bahkan sempitnya pemahaman bahwa Allah hadir tetapi intervensi-Nya ternoda.

Tiga langkah mengukir sejarah dari setiap masalah
Semua orang pasti memiliki harapan. Tetapi sering harapan/keinginan yang ada; disusun dengan rapi, direncanakan dengan matang ketika dilapangan hasilnya beda. Kondisi yang sama juga dialami oleh satu keluarga di Khana yang bermaksud untuk menikah. Semua sudah direncanakan, dipikirkan, ditata dengan rapi bahkan digumulkan tetapi ketika dilapangan hasilnya berbeda. Mereka justru kekurangan angur. Apa kata orang? Namun, ditengah-tengah situasi seperti itu; ditengah bayang-bayang kehancuran Yesus menolong. Mereka mampu mengukir sejarah ”perkawinan” mereka sendiri. Saat masalah datang, bayang-bayang kehancuran yang tak terelakkan menerpa, mereka mampu mengukir sejarah. Pertanyaannya, bagaimana kita mengukir sejarah dari setiap masalah yang kita alami?

Pertama, Kuat di dalam Iman (ay. 3-5).
Dalam ayat 3, dikatakan bahwa Maria ”berkata” kepada Yesus. Ketika Maria berkata kepada Yesus ia tidak hanya sekedar berkata, tetapi di dalamnya ada unsur mengharapkan yang sifatnya sungguh-sungguh/serius. Hal ini diperjelas dengan perkataan Maria dalam ayat dua ”kehabisan anggur.” Berbeda dengan versi Yohanes yang mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka bukan ”kehabisan” hanya ”kekurangan.” Dalam hal ini, Maria melihat dari sisi akhir sebuah kejadian dan berbeda dengan Yohanes yang melihat dari sisi pemulaian (Yunani, aoris).
Maria begitu menekankan bahwa keadaan sangat genting dan hanya Yesus yang sanggup menolong. Apalah artinya kekurangan anggur (pemulaian/aoris) toh pada akhirnya juga akan kehabisan (pencapaian/akhir). Dalam hal ini, Maria mengharapkan kuasa Yesus/keilahian Yesus dinyatakan. Saya melihat ada dua ciri orang yang kuat di dalam iman.
Pertama, sikap positif ketika menghadapi masalah. Untuk sampai di Khana diperlukan waktu yang panjang. Mereka harus berjalan kaki untuk sampai di Khana. Dalam beberapa terjemahan makna Khana kurang begitu jelas tetapi dalam bahasa Jawa dikatakan bahwa Khana adalah sebuah desa. Diperlukan waktu yang sangat lama untuk sampai di Khana. Ketika sampai bukannya disuguhi minuman tetapi justru harus ikut merasakan masalah ”kekurangan anggur.” Dalam kondisi itu, bisa saja Maria emosi. Menyalahkan keadaan. Mempertanyakan tanggung jawab. Meninggalkan bahkan kecewa. Tetapi Maria tidak melakukan semuanya itu.
Kedua, memandang Yesus. Dari segi sosial, sangat tidak wajar apabila Maria justru datang dan meminta bantuan kepada Yesus (Anaknya). Apalagi secara potensial, Maria belum pernah melihat mujizat yang dilakukan Yesus sebelumnya karena ini adalah mujizat pertama-Nya. Butuh anggur seharusnya Maria datang kepada orang yang punya atau ahli membuat anggur. Menarik disini, mungkin keadaan membuat kita sakit, kecewa, terluka, menangis, menjerit bahkan memberontak menggeliat tetapi satu hal yang pasti adalah engkau harus menghadapi kondisi itu. Orang boleh menyakiti, keadaan boleh memperlambat langkah anda tetapi ingat identitasmu. Tugas kita adalah mendoakan.

Kedua, kuat dalam kemauan (ay. 7)
Pernikahan adalah upacara keagamaan yang sifatnya sakral sehingga semuanya pun memerlukan persiapan baik materi maupun spiritual. Demikian juga tradisi di Israel, pernikahan menjadi hal penting dan terukir seumur hidup. Kalau ada hal-hal yang memalukan seperti kehabisan anggur, tuan rumah pasti malu bahkan semua orang termasuk pelayan akan merasa malu. Sebaliknya, ketika semua berjalan baik sesuai rencana maka akan menimbulkan sukacita terdalam. Oleh karena itu, ketika pelayan-pelayan tahu masalah yang dihadapi tuan rumah, maka mereka juga ikut mencari solusi. Mereka fokus untuk jalan keluar. Sehingga apa saja yang dikatakan Yesus mereka melakukannya karena kemauan mereka kuat yakni masalah ini harus selesai dan ada jalan keluar terbaik.
Orang yang kuat dalam kemauan, ia bertindak dengan sabar. Yang Yesus kehendaki adalah tempayan di isi air sampai penuh. Apabila ada enam tempayan dan setiap tempayan harus di isi masing-masing seratus liter berarti semua genap enam ratus liter. Bisa dibayangkan bagaimana mereka harus bekerja dengan kesabaran melakukan semuanya ini. Dituntut kesabaran hingga tempayan-tempayan tersebut penuh hingga akhirnya dicedok dan dibawa ke para tamu undangan.

Ketiga, Kuat dalam kasih (ay. 11)
Lewat peristiwa mujizat ”air menjadi anggur” ternyata membawa dampak dasyat bagi para murid ”murid-murid percaya kepada-Nya.” Masalah selalu datang tanpa pandang bulu, sekonyong-konyong, tanpa pandang waktu dan tanpa kita undang. Tapi kadang masalah itu datang untuk menyatukan kita. Memperkuat iman kita. Lebih mempererat kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Tidak ada masalah biasanya tidak ada perhatian khusus terhadap sesuatu. Kadang kita merasa cukup aman dengan kondisi kita, tetapi hati-hati justru disitulah Tuhan sebenarnya sedang mengetuk pintu hati kita untuk membangunkan kita dari lelapnya kenyamanan pribadi. Perhatikan Wahyu 3:20 ”mengetuk” – secara konteks justru Tuhan mengetuk bukan kepada orang yang tidak percaya tetapi kepada gereja – orang percaya.
Kita semua punya masalah yang membedakan adalah bagaimana reaksi kita terhadap masalah. Dari kisah ini, kita belajar bahwa apa yang kita harapkan, pikirkan, rencanakan, ditata dengan rapi, digumulkan ketika dilapangan hasilnya sering berbeda. Mungkin saat ini keadaanmu sedang sulit, gagal, menolak tanggung jawab, menyalahkan orang lain saat terjepit. Bahaya besar bagi kita adalah ketika tahu salah tapi tidak mau mengubah. Tahu salah tapi terus tinggal dalam rasa bersalah. Tidak ada gunanya tingga dalam keadaan tersebut dan tinggal dalam kekecewaan berkepanjangan. Milikilah iman yang kuat, kemauan yang kuat dan kasih yang kuat dalam menghadapi masalah anda. Maka, anda akan ciptakan sejarah buat hidup anda sendiri dan orang lain melihat dan belajar dari pengalaman anda yang ”bersejarah.” Selamat mengukir sejarah dari setiap masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar