Rabu, 17 Desember 2008

KESAKSIAN HIDUP (Pertobatan, penginjilan dan panggilan)

a. Pertobatan:
Dilahirkan ditengah-tengah keluarga Kristen, ternyata tidak menjadikan saya sebagai orang Kristen dan pemercaya setia Tuhan Yesus Kristus. Dari kecil hingga kurang lebih akhir SMP, saya melewati kehidupan yang ada jauh dari suasana bergereja, meskipun saat itu saya bersekolah di sekolah Kristen (SMP). Sampai akhirnya, saya masuk SMA (disekolah yang sama) dan disitulah merupakan titik awal perubahan hidup bagi saya, terlebih terhadap nilai-nilai yang saya percayai.
Sesaat menjelang pendaftaran untuk masuk SMA, ada seorang remaja laki-laki tetangga saya, ia datang menemui saya dan mengajak ke gereja. Saat itu jelas-jelas saya menolak dengan keras dan secara refleks mendorong dia hingga terjatuh dengan kepala berdarah karena terantuk batu. Kemudian ia pergi meninggalkan saya. Tetapi ada hal yang mengejutkan bagi saya adalah bukannya anak ini takut dan membenci saya karena perbuatan yang saya telah lakukan kepadanya melainkan justru ia datang lagi dengan satu teman disampingnya dan melakukan hal yang sama yakni mengajak ke gereja.
Tidak merespon, kemudian saya pergi meninggalkan mereka tetapi sikap dan perkataan anak itu terus bergejolak di pikiran saya. Kemudian suatu malam saya ke gereja tetapi hanya duduk diluar mendengar khotbah yang disampaikan oleh seorang ketua pemuda. Dia menyampaikan suatu pesan singkat dan sederhana namun sangat bermakna buat hidup saya. Ia mengatakan bahwa ada seseorang yang mengasihimu, menerimamu dan tidak pernah menolakmu naman-Nya Yesus. Saya pulang tetapi perkataan itu terasa menusuk, terus ada dipikiran dan sulit dihilangkan (karena saat itu suasana yang ada dikeluarga hanya pertengkaran bahkan saya sering tidak dirumah karena tidak tahan).
Malam itu, saya memberanikan diri untuk membuka hati, mengucapkan kata-kata itu dengan meyakininya dan menirukan doa yang di ucapkan ketua pemuda tadi. Sejak saat itulah, saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Pribadi dan masuk SMA mulai mengikuti Pendalaman Alkitab yang diadakan di sekolah. Saya diajar banyak tentang kekristenan (Alkitab, siapa Yesus, dll) bahkan bagaimana berkhotbah. Sejak saat itulah saya mengerti apa dan bagaimana melayani dan oleh sekolah dipercayakan pelayanan khotbah di sekolah setiap hari jumat pagi.

b. Pengalaman dalam penginjilan:
Pengalaman pertama penginjilan adalah ketika akhir pendidikan saya SMA. Karena saat itu kedua orang tua dan adik saya belum percaya Yesus, saya selalu berdoa buat mereka (kurang lebih dua tahun). Tuhan berikan hikmat bagaimana supaya berita Injil bisa saya beritakan buat mereka. Saya punya kebiasaan saat itu, hampir setiap sore saya baca Alkitab dan memuji Tuhan memakai kidung jemaat. Kemudian Alkitab dan kidung jemaat itu, sesudah saya abaca dan pakai bernyanyi saya selalu taruh diruang tamu tempat biasa orang tua saya duduk. Harapan dan iman saya adalah orang tua saya mau membuka dan membacanya, dan akhirnya hal itu terjadi. Saya mendekati dan menjelaskannya dan mereka percaya. Saat ini keluarga saya sudah percaya Yesus bahkan keluarga dari bapak/ibu sudah ada yang percaya Yesus dan menjadi Kristen.
Untuk pengalaman penginjilan berikutnya, berlanjut ketika kuliah di STII Yogyakarta, saat itu saya pelayanan selama satu tahun di lereng Merapi dan sempat diusir warga karena berdoa untuk orang sakit di dalam nama Yesus. Dan, kemudian selama tiga tahun di gunung kidul.

c. Panggilan khusus:
Kerinduan untuk melayani-Nya sesungguhnya sudah ada semasa SMA, tetapi hal itu semakin mantap ketika akhir SMA. Saat itu banyak hal baik yang Tuhan buat lewat jawaban-jawaban doa. Pertama, orang tua percaya Yesus. Kedua, saat ujian akhir SMA mata saya terganggu karena minus, namun Tuhan menolong hingga saya bisa menyelesaikan unjian bahkan mendapat peringkat dua. Ketiga, saya diberi kesempatan khotbah perpisahan dihadapan guru, orang tua dan ratusan murid. Kemudian diakhir khotbah itu ada seorang Pendeta ia datang kepada saya dan bertanya selesai SMA, mau kemana? Saya bingung dan tidak tahu mau kemana. Kemudian bapak itu berkata mau nggak kuliah teologi? Karena tidak tahu apa itu teologi saya terus datang kepada Pendeta tersebut, ia membimbing saya dan akhirnya saya tahu apa itu teologi (dalam bahasa sederhana saya saat itu adalah sekolah Pendeta). Akhirnya, lewat proses panjang (karena orang tua tidak setuju dan tanpa biaya) saya melanjutkan ke STII Yoyakarta. Saya menyelesaikan Pendidikan theologĂ­a dengan proses yang sulit (pernah mau dikeluarkan karena tidak bisa membayar, kerja di Kampus, dll) tetapi tepat empat tahun saya bisa menyelesaikannya semua kemudian berangkat ke Papua dan satu tahun kemudian Wisuda. Dan, semuanya karena Tuhan.


Motto: "CUKUP MELAYANI TIDAK CUKUP MELAYANI"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar